by: Redy Risardiaq segumpal daging memerah
berjalan dan berlari melumat kaca impian
meruntuhkan jutaan tembok penghalang
menaklukkan jurang dalam menakutkan
mengabaikan tarian usus kelaparan
tapi tak pernah ada yang menyenangkan
tapi tak pernah ku dapatkan nilai kehidupan
terdiam diantara bumi dan langit tercerahkan
kesedihan, kesenangan, ketakutan kuhalalkan
ritual menenangkan lewat tanpa bersalaman
walau teriakannya setajam tombak jendral perang
menembus tubuh berkarat makhluk Tuhan
namun aku terbaring membiarkan
risalah kebenaran terkalalkan teori kefasikan
karna bukan lagi Tuhan
tapi keadaan menggantikan
hanya kata maaf yang meluap deras
memecah batu kesedihan dan kealfaan
sebagai persembahan kepadaMu Tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar